Rabu, 02 September 2015

Wisata di Kota dan Kabupaten Jayapura

Hati saya sangat senang bukan kepalang sesaat informasi di dalam pesawat menyampaikan bahwa kurang dari sejam pesawat akan tiba di Bandar Udara Sentani.

Akan tetapi, kesan tersebut seakan hilang sesaat sampai di dalam ruang pengambilan barang. Semua troli dikuasai oleh porter bandara, saya bertanya kepada salah seorang porter tersebut, dan ia mengatakan bahwa memang sistemnya sudah seperti itu, lalu berapakah bayarannya? Ia pun menyampaikan Rp 50.000, walaupun masih dapat dinegosiasikan.


Akhirnya, saya putuskan untuk tidak menggunakan jasa tersebut. Dengan bersusah payah, saya membawa sendiri beberapa tas termasuk barang. Saya menitipkan sementara pada orang yang tidak saya kenal di dekat mesin putar, untuk mengantar sebentar lalu balik kembali. Tidak hanya itu, saya pun mencari-cari Damri yang lebih murah. Orangtua saya sudah berpesan untuk menggunakan DAMRI saja dan harus dicari karena biasanya posisinya agak susah dicari dibandingkan dengan kendaraan eksklusif lain.

Sambil menggunakan DAMRI, saya menikmati perjalanan menuju rumah di daerah Kotaraja. Secara pemandangan, memang tidaklah kalah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia yang telah saya kunjungi. Namun, miris bahwa potensi wisata ini tidak dimaksimalkan. Sepanjang jalan raya Sentani melewati Danau Sentani, tidak terlihat jelas tempat makan, tempat orang dapat berhenti sebentar untuk foto-foto, atau apapun sehingga orang berniat untuk berhenti sementara. Kondisi ini masih sama seperti sebelum saya ke Kota Bandung.

Selang beberapa waktu, Festival Danau Sentani digelar. Kegiatan ini baru pertama kali saya ikuti, namun kesan yang didapat dari pelaksanaan ini sangat jauh dari yang saya bayangkan. Saya mengirimkan foto-foto kepada beberapa teman di kota besar di Pulau Jawa, mereka iri karena tidak melihat secara langsung. Namun, dalam hati kecil saya berkata sebaiknya tidak usah datang ke sini karena akan kecewa.

Sebagai seorang observer, yang tampak adalah tempat parkir tidak dikelola dengan baik,  penempatan stand pameran yang asal-asalan, dan lalu lintas pengunjung yang tidak rapi. Kapal-kapal yang digunakan oleh para warga asli sebagai peserta festival terlihat menggunakan kapal seadanya. Tidak tampak dalam kegiatan tersebut sebuah kapal besar dengan ukiran atau gagah dengan karakter khas. Saya percaya bahwa ini hanyalah perahu-perahu kecil yang sengaja dikamuflasekan dengan dedaunan atau apapun untuk “terlihat” tradisional.

Terakhir, banyak sampah yang berserakan di pinggir danau, hal terakhir ini sepertinya tidak perlu diperpanjang karena kebiasaan kita sebagai orang Indonesia masih jauh dari kesadaran.

Itulah beberapa hal mengenai potensi wisata Kota dan Kabupaten Jayapura yang belum berkembang pesat padahal potensi wisata kita tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Kota Jayapura sebagai kawasan yang sebagian besar warga bergerak di pemerintahan, beberapa potensi pertambangan, pertanian, apalagi industri tidak berkembang. Industri pariwisata seharusnya dapat lebih dioptimalkan.

Beberapa potensi yang dapat dikelola dengan profesional dan berkesinambungan: 
  1. Danau Sentani, ciptakanlah beberapa resort atau kafe-kafe baru yang menyajikan permainan atau olahrga air;
  2. Pantai Amay, bikin tempat penginapan, perbaiki akses masuk;
  3. Pantai Hamadi, maksimalkan rumah warga sebagai tempat penginapan termasuk Festival Teluk Humbolt;
  4. Pantai Base-G;
  5. Kursi Panjang (Kupang) Dok II, 
  6. Taman Mesran;
  7. Monumen Pepera di depan Mal Jayapura;
  8. Alun-Alun Kota Taman Imbi;
  9. Pasar Kerajinan Tradisional Hamadi;
  10. Pantai di Distrik Muara Tami; dsb.


Bayangkan bila tempat-tempat di atas dapat dikembangkan, bukan tidak mungkin Penerimaan Asli Daerah baik Pemerintah Kota Jayapura maupun Kabupaten Jayapura dapat meningkat yang secara tidak langsung. Hal ini dapat menumbuhkan pembangunan masyarakat karena banyaknya pemasukan yang diterima oleh kota. Setiap masyarakat kota pun harus bersiap-siap untuk mendukung industri pariwisata karena banyaknya wisatawan yang datang.

Namun, sebagai masyarakat kota yang baik adakalanya menjaga sikap kita seperti tidak membuang ludah pinang sembarang, minum minuman keras secara berlebihan dan sembarangan. Wow, potensi ini akan sangat besar  sekali.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar