Akan tetapi, kesan
tersebut seakan hilang sesaat sampai di dalam ruang pengambilan barang. Semua
troli dikuasai oleh porter bandara, saya bertanya kepada salah seorang porter
tersebut, dan ia mengatakan bahwa memang sistemnya sudah seperti itu, lalu berapakah
bayarannya? Ia pun menyampaikan Rp 50.000, walaupun masih dapat
dinegosiasikan.
Akhirnya, saya putuskan untuk tidak
menggunakan jasa tersebut. Dengan bersusah payah, saya membawa sendiri beberapa tas
termasuk barang. Saya menitipkan sementara pada orang yang tidak saya kenal di
dekat mesin putar, untuk mengantar sebentar lalu balik kembali. Tidak hanya
itu, saya pun mencari-cari Damri yang lebih murah. Orangtua saya sudah berpesan
untuk menggunakan DAMRI saja dan harus dicari karena biasanya posisinya agak
susah dicari dibandingkan dengan kendaraan eksklusif lain.
Sambil menggunakan
DAMRI, saya menikmati perjalanan menuju rumah di daerah Kotaraja. Secara
pemandangan, memang tidaklah kalah dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia
yang telah saya kunjungi. Namun, miris bahwa potensi wisata ini tidak
dimaksimalkan. Sepanjang jalan raya Sentani melewati Danau Sentani, tidak terlihat jelas tempat makan, tempat orang dapat berhenti sebentar untuk foto-foto, atau apapun
sehingga orang berniat untuk berhenti sementara. Kondisi ini masih sama
seperti sebelum saya ke Kota Bandung.
Selang beberapa waktu, Festival Danau
Sentani digelar. Kegiatan ini baru pertama kali saya ikuti, namun kesan yang didapat dari
pelaksanaan ini sangat jauh dari yang saya bayangkan. Saya mengirimkan
foto-foto kepada beberapa teman di kota besar di Pulau Jawa, mereka iri karena
tidak melihat secara langsung. Namun, dalam hati kecil saya berkata sebaiknya
tidak usah datang ke sini karena akan kecewa.
Sebagai seorang observer, yang tampak adalah tempat
parkir tidak dikelola dengan baik, penempatan stand pameran
yang asal-asalan, dan lalu lintas pengunjung yang tidak rapi. Kapal-kapal yang digunakan oleh
para warga asli sebagai peserta festival terlihat menggunakan kapal seadanya. Tidak tampak dalam kegiatan tersebut sebuah kapal besar dengan ukiran atau gagah dengan karakter khas. Saya
percaya bahwa ini hanyalah perahu-perahu kecil yang sengaja dikamuflasekan dengan
dedaunan atau apapun untuk “terlihat” tradisional.
Terakhir, banyak sampah
yang berserakan di pinggir danau, hal terakhir ini sepertinya tidak perlu
diperpanjang karena kebiasaan kita sebagai orang Indonesia masih jauh dari
kesadaran.
Itulah beberapa hal
mengenai potensi wisata Kota dan Kabupaten Jayapura yang belum berkembang pesat padahal potensi wisata
kita tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Kota Jayapura sebagai
kawasan yang sebagian besar warga bergerak di pemerintahan, beberapa potensi pertambangan, pertanian, apalagi industri tidak berkembang. Industri pariwisata seharusnya dapat lebih dioptimalkan.
Beberapa potensi yang
dapat dikelola dengan profesional dan berkesinambungan:
- Danau Sentani, ciptakanlah beberapa resort atau kafe-kafe baru yang menyajikan permainan atau olahrga air;
- Pantai Amay, bikin tempat penginapan, perbaiki akses masuk;
- Pantai Hamadi, maksimalkan rumah warga sebagai tempat penginapan termasuk Festival Teluk Humbolt;
- Pantai Base-G;
- Kursi Panjang (Kupang) Dok II,
- Taman Mesran;
- Monumen Pepera di depan Mal Jayapura;
- Alun-Alun Kota Taman Imbi;
- Pasar Kerajinan Tradisional Hamadi;
- Pantai di Distrik Muara Tami; dsb.
Bayangkan bila
tempat-tempat di atas dapat dikembangkan, bukan tidak mungkin Penerimaan Asli Daerah baik Pemerintah
Kota Jayapura maupun Kabupaten Jayapura dapat meningkat yang secara tidak langsung. Hal ini dapat menumbuhkan
pembangunan masyarakat karena banyaknya pemasukan yang diterima oleh kota.
Setiap masyarakat kota pun harus bersiap-siap untuk mendukung industri pariwisata karena banyaknya wisatawan yang
datang.
Namun, sebagai
masyarakat kota yang baik adakalanya menjaga sikap kita seperti tidak membuang
ludah pinang sembarang, minum minuman keras secara berlebihan dan sembarangan.
Wow, potensi ini akan sangat besar
sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar