Festival
Danau Sentani…
Sebuah panggilan dari seorang senior
saat di kampus berdering di HP. Pesannya agar besok pagi kami semua bersiap
untuk menemani Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI saat pembukaan
Festival Danau Sentani. Sebagai sesama alumni, ikatan ini boleh dikatakan cukup
kuat untuk menjaga ikatan silaturahmi meski terpisah jarak yang cukup jauh.
Keesokan paginya, semua personil
dijemput dan bersama-sama menuju Khalkote di Sentani tempat kegiatan
berlangsung. Ternyata menteri dan rombongan telah mengambil tempat duduk di
VIP. Sembari menunggu kesempatan bertemu, saya berusaha menikmati acara yang
sedang berlangsung. Mundur ke belakang, saya coba mengevaluasi kembali
bagaimana saya masuk menuju tempat ini. Dengan jujur saya katakan, parkirannya
berantakan dan stand pameran peserta
terkesan seadanya ditutupi oleh mobil yang parkir di depannya.
Lebih jauh, saya menikmati beberapa
tarian yang ada di daratan tapi kurang berkesan sesaat para penari di atas
perahu datang mendekat. Perahu tradisional yang ada kurang representatif, tidak
ada perahu khusus besar tradisional yang terlihat. Perahu-perahu ini adalah
perahu biasa yang dikamuflase dengan dedaunan dan beberapa simbol atau ornamen.
Sayang, sampah-sampah juga tampak berserakan di sekitar danau dan tempat
penyelenggaraan kegiatan.
Aliran pengunjung pun tidak ditata
keluar masuknya sehingga satu sama lain tampak saling bersinggungan. Kegiatan
semacam ini seharusnya menjadi daya tarik besar bagi wisatawan lokal dan
mancanegara. Ini adalah kunjungan pertama saya ke Festival Danau Sentani
padahal kegiatan ini sudah berlangsung sebanyak tujuh kali. Apakah saya akan
datang kali berikutnya? Bila melihat pelaksanaannya semacam ini, jujur saya
katakan, saya tidak berminat untuk datang.
Menurut beberapa sumber berita,
festival ini sempat dikeluhkan persiapannya. Kurangnya perhatian Pemerintah
Daerah menjadi salah satu penyebabnya. Skala kegiatan yang menghadirkan seorang
menteri seharusnya dikerjakan dengan maksimal. Pengunjungnya yang hadir pun
dapat merasakan kesan yang tidak dapat dilupakan ketika berkunjung ke Festival
Danau Sentani. Entahlah, apakah tenaga dan perhatian dari kegiatan festival ini
sudah habis dikerahkan pada festival sebelumnya sehingga festival kali ini
kurang memadai.
Bersama rombongan Bupati dan Menteri
kami pergi mengunjungi Pulau Abar di tengah Danau Sentani. Di sana, kami akan
melihat sebuah proyek pembangkit listrik tenaga surya yang dilengkapi dengan
sistem pulsa listrik diresmikan sekaligus menyaksikan penyerahan bibit ikan Mas
bagi beberapa petambak ikan di pulau lainnya. Dengan kegiatan yang banyak ini,
mustahil bagi kami untuk memperoleh waktu khusus di sela-sela kegiatan.
Ternyata, Pak Menteri berkenan menjumpai kami pada malam hari di suatu hotel di
daerah Sentani.
Bertemu
Sang Menteri…
Sore hari kami berpisah satu sama lain
dan sepakat untuk bertemu kembali kira-kira pukul 19.00 WIT. Bersama dengan lima
orang teman lain, kami mengenakan pakaian formal berupa batik dan celana kain
yang telah disetrika dengan rapi. Tidak biasa memang tapi karena kali ini
bertemu dengan seorang menteri mau tidak mau penampilan kami harus tampak
sopan. Sesampainya di hotel yang tergolong mewah ini, kami tidak langsung
bertemu dengan sang menteri. Maklumlah, sebagai salah satu orang penting di
negeri ini, tentu ada jadwal yang tidak terduga lainnya yang harus dikerjakan.
Menunggu lebih dari sejam, akhirnya
pertemuan kami pun berlangsung. Mulai dengan memperkenalkan diri kami
masing-masing, sebuah diskusi dimulai dengan batalnya rencana pencalonan
dirinya sebagai ketua Ikatan Alumni yang disebabkan oleh kesibukan beliau. Selanjutnya,
kami berdiskusi tentang kemungkinan program pemerintah yang sedang diarahkan di
Tanah Papua ini. Kurang lebih sejam diskusi kami berlangsung dengan kesepakatan
bahwa sebagai alumni di Provinsi Papua sedapat mungkin akan ikut membantu
Pemerintah Pusat dalam mengusahakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
memajukan dan mengembangkan pembangunan di Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar